PROSES PRODUKSI PROBIOTIKA
1. Sediakan atau beli media
biakan khusus untuk masing-masing master seed probiotika (foto 1);
2. Berburu mendapatkan master
seed (isolat) probiotika yang akan diproduksi yang khusus untuk unggas atau
ternak, yaitu yang kerjanya :
1) amilolitik, memecah amilim menjadi bentuk sederhana (glukosa);
2) lipolitik, memecah lemak
menjadi asam lemak;
3) proteolitik, memecah
protein menjadi asam amino;
4) selulolitik, memecah serat
kasar (SK) selulosa dan hemiselulosa menjadi lebih sederhana, dari
oligosakarida menjadi disakarida, monosakarida dan turunannya;
5) lignolitik, memecah SSK
(lignin) dari polisakarida menjadi disakarida.
3. Menguji master seed
probioitka yang didapat untuk mengetahui kemurniannya. Dikerjakan di
laboratorium;
4. Bila master seed sudah
terbukti murni, kemudian membiakan masing-masing master seed di media khusus,
padat sebagai bank master seed, di laboratorium.
Catatan :
Yang dimaksud media khusus adalah media itu hanya bisa ditumbuhi oleh master
seed probiotika tertentu (foto 2, 3 dan 4);
5. Membiakkan master seed
probiotika di media cair terbatas, 100 ml, kemudian di-shacker (digoyang 125
RPM) kecil, kapasitas 2 liter, di laboratorium.
Nah, celakanya sampai di fase
ini bisa gagal dan harus diulang dari awal (foto 5);
6. Bila nomor 5 berhasil,
dilanjut membiakkan master seed di media umum cair dan di-shacker besar
kapasitas 300-500 liter atau sesuai kebutuhan, RPM 125, untuk diproduksi secara
massal (foto 6);
7. Setelah masing-masing
master seed probiotika sudah diproduksi jumlah banyak, baru dipanen dan
dimasukkan ke dalam kemasan dengan perbandingan tertentu yang sesuai dengan
fungsi fisiologis saluran pencernaan unggas dan atau ternak. Persentasenya atau
formulanya berbeda antara probiotika untuk unggas dengan untuk ternak.
Kalau untuk unggas, takaran
selulolitik dan lignolitik, rendah. Karena kadar SK dan SSK pada pakan unggas
rendah, 3 - 5% saja. Sebaliknya yang amilolitik, lipolitik dan proteolitik
takarannya harus tinggi untuk membantu meningkatkan kemampuan mencerna amilum,
lipid dan protein di dalam saluran pencernaan unggas (DIGESTIBLE BOOSTER).
Kalau untuk ternak, komposisi
selulolitik dan lignolitik harus tinggi sekali karena pakan ternak ruminansia
yang utama adalah SK dan SSK, bisa 35 - 40% atau bahkan lebih. Ini yang harus
dibantu untuk menurunkannya menjadi 17 - 25%. Perlu dibantu secara in vitro (di
dalam tabung atau fermentor) untuk menurunkan kadar SK dan SSK untuk
meningkatkan TDN. Dapat bonus kadar protein naik dan dapat bonus ekstra
palatabilitas meningkat. QUALITY BOOSTER.
Yang amilolitik, lipolitik
dan proteolitik, rendah saja untuk membantu menekan mikroba patogen yang
menyebabkan bau amonia dan bau busuk, menjadi tanpa bau (odorless). Prosesnya
secara IN VIVO di dalam saluran pencernaan.
CATATAN :
1. Bila kegiatannya hanya membiakkan probiotika yang dibeli dari pasaran dengan
menggunakan media cair molase/gula, susu skim dan air kemudian difermentasi
baik tertutup mau pun terbuka, itu namanya bukan memproduksi tapi HANYA
MEMPERBANYAK. Bila isinya 1 jenis probiotika, tidak ada kompetisi terhadap
substrat.
2. Bila terdiri dari banyak
jenis probiotika, maka akan terjadi kompetisi untuk mendapatkan substrat.
Resikonya terjadi baku bunuh (struggle for life, mempertahankan hidup). Yang
kuat dan jumlahnya banyak, akan menang perangnya, bisa hidup dan berkembang
biak. Yang lain akan mati. Untung bila yang hidup dan berbiak bermanfaat kuat
untuk unggas dan atau ternak, kalau manfaatnya kurang bagus, maka akan sia-sia
probiotika tsb.
Misal probiotikanya isi 4
jenis atau lebih, bila diperbanyak dengan cara ini, mungkin saja yang tumbuh
dan berkembang tinggal 1 jenis saja. Bila yang tumbuh 1 jenis ini bisa
bermanfaat bagi unggas dan ternak, beruntung. Bila yang tumbuh dan berkembang
tidak bermanfaat untuk unggas, sial dan buang-buang waktu dan uang. Hal ini
bisa menyebabkan para peternak menjadi kurang atau tidak percaya dengan kinerja
probiotika yang baik dan benar, bukan probiotika yang abal-abal.
3. Khusus probiotika untuk
unggas, probiotika Lactobacillus casei (caseus = susu), biasanya dari Yakult
yang dibiakkan, tentu saja kurang atau bahkan tidak efektif. Karena unggas di
dalam saluran pencernaannya tidak punya reseptor terhadap susu. Kodratnya bukan
hewan mamalia, tidak menyusui. Maka, pakan unggas tidak perlu pakai susu skim
mau pun susu full cream. Nilai manfaatnya sangat kecil, tidak sebanding dengan
harganya. Kalau pakannya tidak pakai susu, maka L. casei tidak efektif untuk
unggas. Lebih efektif pakai L. acidophyllus, mampu hidup di dalam suasana asam
untuk membantu menjaga kesehatan lambung (ampela).
4. Saya pikir heran juga, ada
pihak-pihak tertentu yang ngotot menjual susu skim untuk pakan unggas. Kasihan
peternak terutama yang skala kecil, diblithuk (dibohongi). Dan lucu juga ada
orang atau pihak produsen dan atau penjual probiotika untuk unggas dari hasil
biakan Yakult dimana isinya L. casei. Banyak juga peternak yang membiakkan
Yakult untuk diberika ke unggasnya.
Perbandingan harga :
> susu skim Rp 15.000,-/kg. Isi protein anggap saja 25%, maka harga isinya =
15.000 : 25 = Rp 600,- tiap % proteinnya.
> tepung ikan domestik Rp
8.000,-/kg. Isi protein 50%, maka harga isinya = 8.000 : 50 = Rp 160,- tiap %
proteinnya.
> soya bean meal (SBM) =
bungkil kacang kedelai Rp 7.000,-/kg. Isi protein 46%, maka harga isinya 7.000
: 46 = Rp 152,- tiap % protein.
CATATAN KHUSUS :
Cerita ini saya tulis sampai jempol tangan saya bengkak, kemudian saya up load
dengan tujuan memberi pencerahan kepada teman-teman peternak agar me jadi paham
dan tidak bisa diblithuk. Kalau peternak skala kecil kena blithuk, di situ saya
ikut sedih dan kasihan.
0 komentar: