info terkini

loading...

TEKNOLOGI TOMINGSE



BAB 1.PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Usaha peternakan kambing dan domba bapak Herman merupakan suatu kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di desa Sumbersekar. Dalam pengembangan usahanya sampai saat ini telah memiliki populasi kambing dan domba berjumlah kurang lebih 100 ekor, serta memiliki 2 karyawan. Sistem usaha di peternakan Bapak Herman yaitu hasil pribadi dan bagi hasil. Sistem bagi hasil dilakukan dengan masyarakat sekitar dengan cara pemeliharaan kambing dilakukan di tempat masyarakat, penjualan dilakukan oleh Bapak Herman. Selain budidaya, usaha yang dilakukan yaitu penjualan daging.
Dalam pembudidayaan ternak, salah satu permasalahan yang sering dialami yaitu ketersediaan hijauan pada musim kemarau. Selama ini, hijauan pada musim kemarau diperoleh dengan membeli tebon jagung (tanaman jagung sebelum panen) dengan harga 1 ikat Rp. 6000,- (1 ikat : kurang lebih 10 kg). Hal ini menyebabkan efisiensi usaha berkurang. Pada saat survei yang dilakukan beliau menjelaskan pada musim kemarau ada “ternak makan ternak” maksudnya ternak dijual untuk menutupi kebutuhan pakan ternak yang lain.
Desa sumber sekar merupakan desa Kecamatan Dau, Kabupaten Malang merupakan desa yang kaya akan potensi pertanian dan peternakan. Pada umumnya petani atau masyarakat umum memiliki ternak sebagai tabungan atau infestasi keuangan. Rata-rata masyarakat memelihara ternak memanfaatkan sisa lahan sebagai tambahan untuk di tanami rumput – rumputan, tetapi hal ini tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hewan ternaknya apalagi ketika pada musim kemarau , karena apabila musim kemarau maka rumput – rumputan sulit untuk di dapat dan keterbatasan lahan untuk mempersiapkan hijauan pakan ternak secara terus- menerus merupakan suatu masalah besar bagi para  peternak.
Sumbersekaradalah salah satu desa dari sepuluh desa yang berada di Kecamatan Dau Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Desa ini memiliki 4 dusun antara lain: Semanding, Krajan, Banjartengah dan Precet. Sumbersekar merupakan cikal bakal dari Kecamatan Dau, karena di jaman kolonial dulu, kantor kecamatan /Ounderan(dalam bahasa belanda) berada di dusun Dau atau Krajan. Desa Sumbersekar terbagi menjadi 30 RT yang tersebar di 6 RW, dengan jumlah penduduk 6.578 orang.

Kondisi Secara geografis Desa Sumbersekar terletak pada posisi 07˚49.113” Lintang Selatan dan 112˚33’56.285 Bujur Timur Topografi ketinggian Desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 650 m di atas permukaan air laut Berdasarkan data BPS Kabupaten Malang tahun 2016, selama tahun 2016 curah hujan di Desa Sumbersekar rata-rata mencapai1.100mm.Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 405,04mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2004-2016. Selain permasalaan musim juga ketersediaan lahan sebagai sumber pakan ternak semakin berkurang akibat digunakan lahan terbuka untuk perumahan ( Gambar 2 dan 3) dan kecenderungan dari petani untuk menanami lahan dengan tanaman pertanian yang dapat bermanfaat langsung untuk kebutuhan manusia. Oleh karena itu ketersediaan pakan bagi ternak berkurang.



Atas dasar uraian permasalahan diatas maka pemanfaatan limbah pertanian seperti daun tebu sebagai pakan alternatif adalah salah satu solusi untuk menanggulagi kekurangan pakan ternak.
Limbah pertanian dan perkebunan memiliki potensi yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan ternak ruminansia, karena jumlahnya yang tersedia banyak, tidak bersaing dengan kebutuhan mausia serta mengurangi pencemaran lingkunganl. Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan partanian dan perkebunan tebu yang cukup luas. Luas total areal tebu pada tahun 2013 adalah 134.447 ha, pada tahu 2015 adalah 483.959 ha yang terdiri atas kebun tebu rakyat 304.863 ha, kebun tebu swasta 111.350 ha, perkebunan tebu negara 67.566 ha (Direktorat jendral perkebunan, 2015).Namun potensi tersebut belum di manfaatkan secara optimal, sejauah ini sebagian besar limbah pertanian dan perkebunan tebu hanya di biarkan dan dijadikan pupuk organik, hal ini terjadi karena limbah tebu (daun tebu) mudah rusak serta kandungan nutrisi yang sangat rendahdengan kadar serat kasar dan kadar lignin sangat tinggi, yaitu masing-masing sebesar 46,5% dan 14% (Ensminger et al., 1980).
Di daerah Sumbersekar banyak ditanami tanaman tebu khususnya didusun Krajan dan Precet (Gambar 1 dan 2). Dari hasil survey yang dilakukan sebagaian besar petani tebu pada waktu panen daun tebu tidak dimanfaatkan tetapi dibiarkan kering kemudian dibakar. Dengan diversifikasi pemanfaatan produk samping (by-product) yang sering dianggap sebagai limbah (waste) dari limbah pertanian dan perkebunan menjadi pakan yang dapat mendorong perkembangan agribisnis ternak ruminansia secara integratif dalam suatu sistem produksi terpadu dengan pola pertanian dan perkebunan melalui daur ulang biomasa yang ramah lingkungan atau dikenal “zero waste production system” (Wahyono et al., 2003).
Pembuatan Total Mixed Ration  berbasis daun tebu (Tomingse) mirip dengan pembuatan silase, sehingga faktor penghambat yang mempengaruhi kualitas dan lama pemeraman juga sama Dalam proses pembuatan silase melibatkan fermentasi anaerob dari bahan yang basah sehingga beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas silase adalah oksigen, kandungan bahan kering, pH dan ketersediaan karbohidrat terlarut. Dalam pembuatan silase harus kondisi penyimpanan dalam keadaan kedap udara, kandungan bahan kering 30-40% atau kandungan kadar air 60-70%. pH silase 3 sampai 4. Apabila karbohidrat terlarut tidak cukup tersedia maka material tersebut tidak terfermentasi secara baik karena tidak cukup tersedia sumber karbohidrat untuk diubah menjadi asam laktat oleh bakteri lactobaccilus, akibatnya akan dihasilkan silase dengan kualitas yang rendah. Beberapa sumber karbohidrat terlarut yang biasa dipakai dalam pembuatan silase di antaranya molasses, dedak padi ataupun pati (BLP, 2012).
Sampai saat ini belum ada informasi tentang penerapan teknologi berbasis daun tebu di desa Sumber Sekar Kecamatan Dau. Jika pemanfaatan limbah pertanian daun tebu yang melimpah di kawasan Sumber Sekar dilakukan, maka akan meningkatkan efisiensi usaha dan daya tampung (populasi) ternak. Oleh karena itu perlu dilakukan penerapan teknologipengolahan limbah pertanian berbasis daun tebu.

1.2  Tujuan
Melakukan penerapkan teknologi Total Mixed Ration berbasis daun tebu (Tomingse) berbasis daun tebu untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sumbar pakan hijauan secara berkelanjutanyang selama ini menjadi masalah peternak saat musim kemarau.

1.3  Luaran Yang Diharapkan
A.                Model
Luaran yang diharapkan pada kegiatan program kreatif mahasiswa penerapan teknologi ( PKM-T ) ini berupa model teknologi fermentasi yang di lakukan pada daun tebu untuk mengatasi masalah kekurangan sumber pakan hijauan pada saat musim kemarau

B . Artikel ilmiah
Artikel ilmiah jurnal ber-ISSN

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Daun Tebu
Daun tebu merupakan limbah yang tidak banyak dimanfaatkan oleh produsen gula sehingga berpotensi sebagai penyedia pakan ternak yang potensial. Selain itu, tanaman tebu biasa dipanen pada musim kemarau sehingga dapat digunakan sebagai pakan alternatif pengganti rumput yang pada musim kemarau ketersediaannya sangat terbatas (Priyanto, 2010).Daun tebu digunakan sebagai hijauan makanan ternak pengganti rumput gajah tanpa ada pengaruh negatif pada ternak ruminansia. daun tebumeskipun pontensinya cukup besar, namun angka pemanfaatannya relatif sangat rendah (3,4%). Hal ini disebabkan antara lain palatabilitasnya yang menurun apabila dikeringkandengan matahari (Retnani, 2009).
Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan partanian dan perkebunan tebu yang cukup luas. Luas total areal tebu pada tahun 2013 adalah 134.447 ha, pada tahu 2015 adalah 483.959 ha yang terdiri atas kebun tebu rakyat 304.863 ha, kebun tebu swasta 111.350 ha, perkebunan tebu negara 67.566 ha (Direktorat jendral perkebunan, 2015).
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pucuk Tebu Dalam Bentuk Segar
Kandungan Zat
Kadar Zat (%)
Bahan Kering
39,9
Abu
7,42
Sera Kasar
42,30
Protein Kasar
7,4
Lemak Kasar
2,90
BETN
40,00
Sumber : Lamid. (2012)
Sumbersekar adalah salah satu desa dari sepuluh desa yang berada di Kecamatan Dau Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Desa ini memiliki 4 dusun antara lain: Semanding, Krajan, Banjartengah dan Precet. Sumbersekar merupakan daerah pertanian penghasil tebu sehingga limbah daun tebu yang di hasilkan sangat banyak Desa Sumbersekar terbagi menjadi 30 RT yang tersebar di 6 RW, dengan jumlah penduduk 6.578 orang.luas daerah perkebunan tebu di daerah sumbersekardapat di lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Area ladang tebu dusun Krajan. Luas total: 167.176,35 m² (1.799.471,30 kaki²)
Jarak total: 1,78 km (1,10 mil).

Gambar 5. Area ladang tebu di dusun Precet
Sumber .( Google map) :Luas total: 196.477,89 m² (2.114.870,37 kaki²)
Jarak total: 2,06 km (1,28 mil)

2.2 TOMINGSE ( Total Mixed Ration Berbasis Dau Tebu )
Teknologi yang sekarang berkembang adalah pembuatan pakan yang tidak hanya sekedar awet (silase), tetapi juga mengandung nutrien sesuai dengan kebutuhan ternak. Berbeda dengan silase tunggal, silase komplit(pakan komplit terfermentasi) memiliki beberapa keunggulan: 1) tersedianya substrat yang mendukung terjadinya fermentasi yang baik, sehingga mempunyai tingkat kegagalan lebih rendah jika dibandingkan dengan silase berbahan tunggal. 2) mengandung nutrien yang sesuai dengan kebutuhan ternak. 3) terciptanya pakan yang berkelanjutan dan mudah diberikan kepada ternak karena tidak memerlukan bahan tambahan lainnya dan memiliki bau harum sehingga lebih disukai ternak (Sofyan dan Febrisiantosa, 2007).
Total Mixed Ration (Tomingse) merupakan pengembangan teknologi silase. Silase adalah pakan produk fermentasi hijauan, hasil samping pertanian dan agroindustri dengan kadar air tinggi yang diawetkan dengan menggunakan asam, baik yang sengaja ditambahkan maupun secara alami dihasilkan bahan selama penyimpanan dalam kondisi anaerob (Setiyawan dan Thiasari, 2016). Menurut Ditjetnak (2012) dalam pembuatan silase komplit (TMR) setelah semua bahan bahan hijauan dan zat aditif tercampur merata kemudian dimasukkan ke dalam drum, dan difermentsi selama tiga minggu. Sedangkan Dhalika et al., (2011) dalam pembuatan pakan komplit berbasis batang pisang dilakukan fermentasi selama tiga minggu dan Bahri (2012) dalam pembuatan pakan komplit terfermentasi berbasis jerami jagung dilakukan pemeraman selama 6 minggu. Mutmainah et al., (2013), silase TMR berbahan eceng gondok tanpa penambahan inokulan bakteri L.plantarum sama baiknya dengan silase yang ditambah inokulan bakteri L.plantarum. Pemeraman selama 12 hari sudah menghasilkan silase TMR berbahan eceng gondok dengan kualitas yang baik.
Masyarakat didesa sumber sekar Pada umumnya banyak memelihara ternak dengan memanfaatkan lahan untuk ditanami  rumput sebagai sumber pakan hijauan dan selebih nya di cari dipersawahan dan di tepi- gunung , namun hal ini tidak mencukupi untuk kebutuhan ternaknya. Sehingga menjadi kendala yang sangat besar bagi peternak, untuk itu perlunya penerapan teknologi berbasis daun tebu untuk menyelesaikan masalah kekuranag sumber pakan hijuan.


BAB 3. METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu
            Kegiatan PKM-T ini dilaksanakan di Desa Sumbersekar Kabupaten Malang sebagai tempat Kelompok Usaha Peternakan Kambing dan Domba Lokasi keseluruhan kegiatan akan berada di desa Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

3.2. Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program PKM-T ini dilakukan dalam bentuk pendampingan dan pelatihan pembuatan TMR secara menyeluruh dan komprehensif. Partisipasi mitra dalam kegiatan ini adalah sebagai tim yang akan dilatih, didampingi dan dibimbing, dalam program tersebut. Keseluruhan kegiatan ini diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan produktivitas mitra sehinggamenjadikan usaha lebih mandiri, yang ditandai dengan pencapaian target usaha. Lebih lanjut peningkatan produktivitas dalam rangka mendukung kemandirian usaha ini, bergantung pada aspek peningkatan populasi pemeliharaan dan pertambahan bobot badan ternak.
Tahapan program yang dilakukan meliputi :
Peningkatan keterampilan produksi pakan melalui pelatihan pembuatan Tomingse, proses penanganan Tomingse dan cara pengaplikasian Tomingse ke ternak.Dalam pembuatan Tomingse hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Tomingse adalah : 1. Hijauan pakan dicacah atau dipotong-potong pendek 3-5 cm agar mempermudah pemadatan dan penanganan selanjutnya. 2. Kadar air hijauan pakan dibuat berkisar 58-72%, kadar air diatas 72% akan melarutkan beberapa macam nutrien dan kadar air kurang dari 58% akan mengalami kesukaran dalam proses pemadatan.
Langkah – langkah membuat Tomingse : 1. daun tebu di potong-potong dengan ukuran sekitar 5 cm. 2.Pada musim hujan bahan silase daun tebu perlu dilayukan untuk mengurangi kadar air. 3. Tambahkan dan campur bahan hijauan yang telah dilayukan dengan dedak padi, tetes tebu, tepung gaplek jumlahnya 5% dari hijauan yang akan di buat. 4. bahan dicampur secara merata dan kemudian dimasukkan ke silo (drum) 5. kemudian diperam (diinkubasi) selama 21 sampai 30 hari) dan ditutup rapat dan tidak boleh ada lubang udara. 6. Proses fermentasi berlangsung sekitar 21 hari. 7. Apabila proses berjalan baik, ditandai dengan tidak adanya jamur dan baunya asam, maka penyimpanan dapat dteruskan sampai saat dibutuhkan 8. Pengambilan Tomingse harus secara cepat dan segera diutup kembali, Bahan pakan hasil Tomingse yang sudah dikeluarkan dari silo harus segera diberikan ke ternak.
2. Pelatihan Sanitasi kandang sebagai upaya peningkatan kesehatan ternak guna mendukung produktivitas.
3. monitoring dan evaluasi. Selama kegiatan PKM-T dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk melihat hasil pembuatan Tomingse yang telah dilakukan dan peningkatan performan ternak.




BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran biaya
Justifikasi anggaran penelitian dapat dilihat pada tabel 2. berikut ini :
Tabel 2. Format Ringkasan Anggaran Biaya  PKM - T
no
Jenis pengeluaran
biaya
1
Peralatan penunjang
Rp.  3.600.000
2
Bahan habis pakai
Rp.  5.000.000
3
Biaya perjalanan
Rp.  2.500.000
4
Biaya lain lain
Rp.  1.250.000
Total biaya  penelitian
Rp. 12.350.000

4.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 3. Jedwal Rencana Kegiatan
no
KEGIATAN
BULAN KE 1
BULAN KE2
BULAN KE 3
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Perizinan dan persiapan program












2
Penyuluhan  program












3
Praktik dan aplikasi pembuatan pakan komplit












4
Pembinaan dan evaluasi












5
Penyusunan laporan dan artikel ilmiah





















DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. 2012. Respon Silase Ransum Komplit Berbasis Jerami Jagung Sebagai Pakan Penggemukan Sapi Bali. Laporan Hasil Penelitian Dasar Keilmuan PNBP. Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo.
Dhalika, T. E. Y. Setyowati, S. Nurachma, dan Y. A. Hidayati. 2010. Nilai Nutrisi ransum Lengkap Mengandung Berbagai Taraf Hay Pucuk Tebu (Saccharum officinarum) Pada Domba Jantan Yang Digemukkan. Jurnal Ilmu ternak 10 (2) : 79-84.
Dinas Peternakan Jatim 2012. Pemanfaatan Pucuk Tebu Sebagai Bahan Pakan Suplementasi Pada Ternak Ruminansia. http:DisnakJitimprof.go.id/Web/Layananpublik/readtegnoligi/813/pemanfaatanpucuk-tebu-sebagai-bahan-pakan-suplementasi-pada-ternak ruminansia. Diakses pada tanggal 5November 2017
Direktorat Jendral Perkebunan 2015. Statistik Perkebunan Indonesia 2013 – 2015. http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/statistik/2015/TEBU2013-2015. Diakses pada tangga 5November 2017
Lado. L . 2007. Evaluasi Kualitas Silase Rumput Sudan (Sorghum Sudanense) Pada Penambahan Berbagai Macam Aditif Karbohidrat Mudah Larut. Tesis. Pasca sarjana Program studi ilmu peternakan. Universitas gadjah mada, Yogyakarta.
Lamid, M., 2012. Karakteristik Silase Pucuk Tebu (Saccharum Officinarum, Linn) Dengan Penambahan Lactobacillus Plantarum. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyaraka. Surabaya.
Mide, M. Z. 2011. Penampilan sapi Bali jantan muda yang diberikan ransum komplit. Tersedia di http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/608. Diakses 20 Juni 2016.
Mutmainah S., A.Muktiani, dan B.W.H.E. Prasetiyono. 2013. Kajian Kualitas Nutrien Silase Total Mixed Ration Berbahan Dasar Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) yang Diensilase Dengan Lactobacillus plantarum. Buletin Nutrisi dan makanan Ternak 11(1) : 19- 24.
Priyanto, E. 2010. Pucuk Tebu. http://ilmuternakkita.blogspot.com. [diakses tanggal 1 Oktober 2017.]
Rednani. 2009. Daya simpan dan palabilitas wafer ransum komplit, jurnal ilmu nutrisi dan teknologi pakan ternak.Bogor. https://www.researchgate.net/publication/50590189_Daya_Simpan_dan_Palatabilitas_Wafer_Ransum_Komplit_Pucuk_dan_Ampas_Tebu_untuk_Sapi_Pedet
Setiyawan, A.I., Thiasari, N. 2016. Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap Nilai Bahan Kering, Bahan Organik, dan Serat Kasar Pakan Komplit Berbasis Pucuk Tebu Terfermentasi Menggunakan Em-4. https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buanasains/article/view/424/422


0 komentar:

INFO

loading...