info terkini

loading...

MANAJEMEN PAKAN PADA SAPI



Read More »

0 komentar:

KUNCI SUKSES FERMENTASI TERTUTUP



Read More »

0 komentar:

PENCERNAAN KARBOHIDRAT PADA RUMINANSIA PRT 2



Proses fermentasi karbohidrat di dalam rumen hanya dilakukan oleh mikro organisme (MO). Dinding rumen tidak menghasilkan enzim sama sekali.
Catatan :
Lambung sapi dewasa terdiri dari :
1. Rumen, "perut handuk", -/+ 80%;

2. Retikulum, "perut jala", -/+ 5%;
3. Terusan saluran kerongkongan, "terowongan" (oesophageal groove), -/+ 5%;
4. Omasum, "perut buku", -/+ 5%;
5. Abomasum, "perut sejati", -/+ 5%.
Karbohidrat akan difermentasi menjadi 3 jenis asam organik :
1. ASAM ASETAT (acetic acid);

2. ASAM BUTIRAT (butiric acid);
3. ASAM PROPRIONAT (propionic acid);
Melalui proses fermentasi, MO akan memperoleh energi untuk tumbuh dan berkembang biak. Asam-asam lemak yang diserap tsb merupakan sumber utama energi bagi ruminansia. Dari proses fermentasi itu juga dihasilkan hasil samping gas, seperti :
> karbon dioksida (CO2); dan

> methan.
Gas-gas ini dikeluarkan melalui kerongkongan saat sapi bersendawa (Jawa : glègèken).
Jumlah setiap asam organik yang diproduksi melalui proses fermentaai tergantung jenis karbohidrat yang diberikan dimana ketiga jenis asam organik tsb akan selalu diproduksi, yaitu :
1. Karbohidrat yang berasal dari dinding sel tanaman yang banyak terdapat pada rumput, akan lebih banyak menghasilkan asam asetat. Tingginya asam asetat akan meningkatkan pembentukan susu, khususnya lemak susu;

2. Karbohidrat dari gula (molase), akan meningkatkan produksi asam butiran. Asam butirat juga akan meningkatkan produksi susu;
3. Karbohidrat yang berasal dari zat pati (dedak, empok jagung, gaplek), akan meningkatkan jumlah asam proprionat. Tingginya produksi asam proprionat akan menurunkan produksi susu, terutama penurunan lemak susu. Tetapi akan meningkatkan pertumbuhan bobot badan ruminansia.
Gula dan banyak jenis pati difermentasi sangat cepat di dalam rumen. Bila gula dan pati diberikan dalam jumlah yang tinggi, hal ini dapat menyebabkan tingginya konsentrasi asam-asam organik di dalam rumen. Sedangkan fermentasi karbohidrat yang berasal dari dinding sel tanaman (selulosa, hemiselulosa, lignin) tidak menghasilkan lingkungan asam.
Akibat dari tingginya kadar asam di dalam rumen adalah :
1. Penguraian dinding sel tanaman menjadi lambat, berakibat pakan berserat seperti rumput dan hujauan lainnya tidak dapat dicerna dan tertinggal di dalam rumen. Akibatnya jumlah pakan yang dikonsumsi akan menurun;

2. Pemanfaatan zat-zat pakan lainnya yang terdapat di dalam sel hijauan akan terhambat, sebab dinding sel tidak bisa dicerna;
3. Bahwa zat makanan akan lebih banyak digunakan untuk peningkatan bobot badan daripada untuk meningkatkan produksi susu, sebab kurangnya asam asetat, tetapi lebih banyak asam proprionat.
Lingkungan yang asam di dalam rumen dapat menyebabkan timbulnya berbagai sakit seperti :
> Asidosis;
> Paralisis (kelumpuhan) rumen;
> Perubahan letak abomasum;
> Laminitis (luka di teracak = ujung kaki);
> Iritasi (luka) dinding rumen;
> Abses (pembengkakan) hati.

Semua keadaan tsb dapat menyebabkan terjadinya "ketosis", akibat pakan yang tidak dapat dicerna dengan sempurna.
Pelajaran yang bisa diperoleh dari keadaan di atas bahwa, pada ransum sapi kita harus mengetahui berapa jumlah hijauan paling sedikit (minimum) yang dapat kita berikan pada sapi tanpa menimbulkan masalah pencernaannya. Jadi, bagi ternak ruminansia, pakan berserat adalah wajib hukumnya untuk dicukupi walau pun dalam batas minimalis. Bila kadar seratnya di bawah batas minimum, maka akan beresiko terjadinya asidosis.
Sampai di sini saya harap teman-teman menjadi lebih paham bahwa kodratnya ruminansia adalah pemakan tumbuh-tumbuhan.
Artinya, untuk dapat berproduksi susu yang tinggi, sapi harus mendapat cukup hijauan dalam ransumnya dan tidak bisa hanya diberikan konsentrat dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya. Harus seimbang antara unsur serat dengan unsur konsentrat.
Menurut teman-teman, berapa rasio yang tepat antara konsentrat vs serat untuk berikan ke :
1. SAPI PERAH LAKTASI NORMAL;

2. SAPI PERAH LAKTASI TINGGI.
Apakah :
1. Konsentrat 20% : serat 80%;

2. Konsentrat 40% : serat 60%;
3. Konsentrat 60% : serat 40%;
4. Konsentrat 80% : serat 20%.
"Mikir", kata Cak Lontong.
Berapa rasio yang tepat antara konsentrat vs serat yang Anda berikan untuk SAPI PEDAGING fase penggemukan?
Apakah :
1. Konsentrat 20% : serat 80%;

2. Konsentrat 40% : serat 60%;
3. Konsentrat 60% : serat 40%;
4. Konsentrat 80% : serat 20%;
5. Konsentrat 90% : serat 10%.

BOLEH DILIRIK 



0 komentar:

TELUR



Read More »

0 komentar:

VITAMIN



Read More »

0 komentar:

PALATABILITAS



Read More »

0 komentar:

PROSES PENCERNAAN HEWAN MEMAMAH BIAK (RUMINANSIA)



Read More »

0 komentar:

Recording feed intake



Read More »

0 komentar:

penyakit demam tiga hari (bovine ephemeral fever)



Read More »

0 komentar:

PAKAN TERNAK SUMBER PROTEIN NABATI



Read More »

0 komentar:

PENYAKIT ND



Read More »

0 komentar:

LKP teknologi pakan



Read More »

0 komentar:

Mengobati Penyakit CRD Dengan Ampuh



      Saat ini sudah memasuki musim hujan. Penyakit yang potensial menyerang ayam petelur salah satunya adalah C.R.D. Disebabkan oleh mikroba Mycoplasma gallinarum (M.G), menyerang pernapasan dan Mycoplasma synoviae (M.S), menyerang sendi kaki. Tetapi kali ini saya tidak bermaksud membahas dari sisi ilmiahnya. Malah jadi membosankan dan mumet.
  C.R.D memang tidak mematikan tetapi sangat mengganggu performans produksi, kualitas telur dan daya tetas telur di pembibitan, dan bobot badan pada ayam broiler tidak bisa mencapai standar strain.
Dan, jeleknya lagi, MG bila menyerang selalu mengajak teman karibnya, yaitu E.coli (Kolibasilosis). Gabungan keduanya disebut C.R.D Complex. Setelah itu lazim diikuti oleh penyakit lain-lain.
    Kondisi di lapangan (di kandang) yang diperlukan adalah bagaimana cara mencegah dan atau mendeteksi dini keberadaan C.R.D :
1. Turunkan kadar amonia di dalam kandang serendah-rendahnya, bila perlu sampai ZERO dimana kadar amonia PPM = 0,0 (foto 2).
Caranya :
1.1. berikan pakan yang tidak menyebabkan kotoran ayam becek;

1.2. tambahkan probiotika khusus unggas yang mampu meniadakan kuman golongan Coliform penghasil amonia (Win_Prob Unggas);
1.3. bisa juga kotoran dibuang tiap hari. Keuntungannya, tanpa amonia dan tanpa lalat;

2. Di tabel Pengaruh Amonia (foto nomor 1) jelas tertulis, kadar amonia >20 PPM, sudah mulai tercium baunya dan bisa menyebabkan iritasi sel-sel epitel di saluran pernasapan atas;

3. Kadar amonia di dalam kandang bisa diukur pakai alat Ammonia Meter Digital (foto 2), akurasinya atau kepekaannya sampai 0,1 PPM.

4. Kadar amonia >20 PPM, bisa juga dilihat indikatornya di dalam kelopak mata ayam di bagian bawah dengan adanya iritasi, berwarna kemerahan dan berbentuk seperti bulan sabit (foto 3);

5. Mikroba Mycoplasma gallinarum (MG) sebenarnya adalah penduduk (flora atau fauna) normal di saluran pernapasan atas ayam. Tetapi bila ada sel epitel yang iritasi dan atau dalam kondisi tertentu, misal stres atau debu, jumlahnya bisa meningkat secara signifikan. Bila dilakukan tes laboratorium, bisa menunjukkan skor + (positif) antara +, ++, +++, ++++ dan +++++ (1 - 5);

6. Pada layer, keberadaan mikroba MG yang sudah meng-infeksi, bisa juga dilihat di kerabang telurnya, yaitu di ujung tumpul telur ada pasir coklat yang menempel (sand egg), tapi signifikan bila jumlahnya sudah lebih dari 5% dari total produksi telur;

7. Indikator lainnya bisa dideteksi dari "ngorok"-nya ayam, terutama pada malam hari saat ayam sudah tidur. Ciri khas ngorok akibat CRD adalah adanya suara ngorok saat ayam bernapas menghirup udara masuk dan menghembuskan udara keluar. Hanya beda tekanan suara ngoroknya antara saat udara masuk dengan saat udara keluar;

8. Bila sudah menyerang, bisa diobati dengan antibiotika isi :
8.1.Golongan Quinolone : Enrofloksasina, Norfloksasina, Danofloksasina, Siprofloksasina;

8.2. Golongan Makrolida : Eritromisina, Spiramisina, Tilosina, Tilmikosin;
8.3. Golongan Tetrasiklina : Oksitetrasiklina, Doksisiklina













Penyakit CRD atau banyak dikenal dengan penyakit ngorok banyak dijumpai menyerang unggas termasuk ayam pelung, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum dan Mycoplasma synoviae. Penyakit ngorok atau CRD pada ayam ini merupakan suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan dimana sifatnya kronis.

Disebut kronis karena penyakit ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama (menahun) dan ayamnya tidak sembuh-sembuh . Penyebab utamanya adalah keracunan Mycoplasma galisepticum, salah satu gejala khas CRD adalah ayam tersebut ngorok, sehingga peternak menyebutnya penyakit ngorok.

Sebagai penyakit tunggal, CRD jarang sampai menimbulkan kematian namun menimbulkan angka kesakitan yang tinggi. Di lapangan kasus CRD murni jarang ditemukan, yang sering ditemukan adalah CRD komplek, yaitu penyakit CRD yang diikuti oleh infeksi penyakit lainnya, terutama sering diikuti oleh bakteri Escherichia coli. CRD kompleks termasuk ke dalam 10 besar penyakit yang sering menyerang ayam pedaging maupun petelur.

Akibat dari penyakit CRD adalah rendahnya laju pertumbuhan, tingginya angka kematian dan tingginya konversi ransum. Kerugian lain akibat CRD komplek adalah keseragaman bobot badan yang tidak tercapai dan banyaknya ayam yang harus diafkir, sehingga para peternak akan rugi.

Gejala Ayam Terserang Penyakit CRD

Beberapa gejala yang dapat dilihat saat seekor ayam terserang CRD adalah sebagai berikut:

– Penyakit CRD lebih banyak menyerang pada anak ayam. – Ayam menunjukkan Batuk, bersin, gangguan napas, keluar suara saat bernapas. – Sinusitis padad sinus infraorbitalis ( Bengkak pada muka). – Jika disertai infeksi M. synoviae ayam menunjukkan gejala pincang, bengkak sendi dan tendo hingga ayam mengalami kelumpuhan.

Mencegah Penyakit CRD

Faktor penentu menularnya penyakit ini adalah sistem pemeliharaan dengan suhu lingkungan yang tinggi yaitu panas atau dingin, kelembaban tinggi, kurangnya ventilasi, kepadatan ternak terlalu tinggi dan cara pemeliharaan yang berbagai umur. 

Biosecurity yang ketat dan pemilihan antibiotik yang spesifik merupakan langkah yang harus ditempuh untuk menyelamatkan ayam dari penyakit tersebut.

Agar penyakit CRD tidak menyerang ayam, peternak harus memelihara lingkungan kandang supaya segar dan sehat, tentunya tidak pengap, ventilasi cukup dan tidak lembab. Selain itu kepadatan kandang harus selalu diperhatikan, sehingga udara bersih selalu terjamin. Suhu kandang yang terlalu panas juga dapat menyebabkan meningkatnya nafsu minum dan menurunnya nafsu makan. 

Dengan meningkatnya nafsu minum, maka akan merangsang peningkatan urinasi dan litter menjadi basah, sehingga konsentrasi ammonia tinggi dan dapat menyebabkan gangguan pernafasan, akhirnya ayam akan rawan terhadap CRD komplek.

Mengobati Penyakit CRD


Jika ayam peliharaan sudah terlanjur terserang penyakit CRD, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan: 

1. menekan kadar amonia dan debu yang ada di kandang, dengan melakukan perbaikan pada kondisi kandang, mengurangi kepadatan kandang, perhatikan tatalaksana litter, ventilasi kandang dan pengaruh lingkungan, 

2. pemeliharaan ayam harus dilakukan secara all-in all-out 

3. melakukan pemilihan obat yang tepat dan kita harus memperhatikan faktor resistensi dari kuman. 

4. Isolasi ayam yang sudah terkena CRD.


Mycoplasma tidak memiliki dinding sel, oleh karenanya jenis antibiotik yang dipilih haruslah yang mempunyai cara kerja menghancurkan inti sel, membran sel dan menghambat pembentukan senyawa penting di dalam sel, seperti asam folat dan protein. 

Sedangkan E. coli merupakan bakteri Gram (-) yang dapat dibasmi dengan memakai hampir semua golongan antibiotik kecuali golongan makrolida. Oleh karena itu, dalam membasmi komplikasi kedua penyakit tersebut, yaitu CRD dan colibacillosis diperlukan antibiotik yang efektif untuk keduanya. 

Selain itu, karena lokasi serangan CRD kompleks terjadi secara sistemik (seluruh tubuh) dan lokal (saluran pencernaan) maka obat yang dipilih sebaiknya yang bisa bekerja secara sistemik maupun lokal.

Semoga Bermanfaat



0 komentar:

INFO

loading...