KONTROL pH RUMEN, KONTROL PERFORMANS PRODUKSI TERNAK
Berapakah pH rumen yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi ternak?
Kita kilas balik lagi ya, bakteri penghasil propionat adalah golongan bakteri pencerna zat pati, yang optimal hidup pada pH 5,5 - 6,0. Sedangkan bakteri penghasil asetat adalah golongan bakterti pencerna serat kasar/dinding sel, optimal hidup pada pH 6,0 - 6,8. Dan, logikanya menyebutkan, semakin banyak propionat, semakin banyak energi yang dihasilkan, dan seharusnya semakin baik pertumbuhan dan juga produksinya, dalam hal ini, bisa daging atau susu. Menurut para pakar nutrisi ruminansia penggemukan sapi, kondisi pH rumen yang optimal adalah di kisaran 5,5 - 6,0, dimana bakteri penghasil propionat optimal tumbuh. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah pH rumen selalu statis di 5,5 - 6,0 atau kah bisa dinamis atau fluktuatif?
Banyak bukti hasil penelitian menyebutkan, kondisi pH rumen itu dinamis, dan jika pola feed dan feeding-nya berubah, pH rumen akan mengalami fluktuasi yang tinggi, dan itu tidak baik bagi kesehatan dan produktifitas sapi.
Mungkinkah kontrol pH di dalam rumen bisa dilakukan?
Kenyataan yang terjadi, kontrol pH rumen itu gampang-gampang susah. Ketika seorang peternak sapi dan atau Dombing begitu bersemangat untuk meng-optimalkan tumbuhnya bakteri penghasil propionat, dia akan menambahkan zat pati dalam jumlah cukup tinggi ke dalam ransum atau formula pakan, tapi ternyata malah kebablasan, dan akhirnya pertumbuhan bakteri pencerna serat tertekan, pH rumen turun (drop) di bawah 5.5, beberapa bakteri yang sensitif akan tertekan, sapi terkena ASIDOSIS, dan ujungnya sapi sakit dan produksi ikut drop.
Lantas, karena trauma dengan asidosis, peternak melakukan hal sebaliknya, zat pati dalam ransum dikurangi banyak, serat kasar mendominasi, sehingga aktivitas salivasi dalam mulut berlebih, akibatnya lebih banyak zat alkali masuk dalam rumen, pH rumen kemudian naik hingga di atas 6,8, bakteri penghasil propionat akan tertekan, sehingga produksi energi drop, produksi daging/susu juga jadi ikut terhambat. Serba salah.
Kontrol pH rumen adalah bagian dari seni di industri feedlot (penggemukan) dan dairy (sapi perah). Jadi, apa yang bisa kita lakukan?
Beberapa ide di bawah ini bisa diterapkan sehingga pH rumen sapi anda bisa tetap balance (seimbang):
1. Atur ukuran potongan hijauan, apakah itu rumput gajah, tebon jagung dan jenis hijauan lain, pada posisi tidak terlalu kecil-kecil. Panjang 2 - 3 cm menurut saya paling ideal. Dari segi pemotongan juga lebih mudah, apalagi jika anda menggunakan mesin “chopper”. Hijauan yang panjang juga akan memacu ensalivasi yang cukup.
2. Imbangi hijauan Anda dengan ketersediaan zat tepung/pati yang cukup di dalam ransum ternak. Formulakan dengan tepat, sehingga bisa memenuhi kebutuhan energi untuk hidup pokok dan produksi. Lawan basa/alkali dengan produksi propionat yang bisa menurunkan pH, hasilnya pH rumen bisa mendekati optimal.
3. Pastikan ukuran partikel ransum ternak cukup halus, tidak terlalu halus, tidak terlalu kasar, kalau saya sebutkan angka, maka ukurannya 2 - 3 cm untuk sapi dan 1-2 cm untuk Dombing. Jika terlalu halus, frekuensi pencernaan karbohidrat oleh bakteri akan lebih cepat, pH juga lebih cepat drop. Jika terlalu besar, banyak partikel pakan tidak termakan sapi. Jadi, yang sedang-sedang saja ukurannya.
4. Yang terakhir, Anda bisa menambahkan feed additive yang memiliki sifat buffering (penyangga) dalam ransum. Jika anda masih ingat pelajaran kimia sewaktu SMA, buffering adalah semacam zat yang memiliki sifat menjaga keseimbangan pH. Jika pakan Anda mengandung karbohidrat tinggi, gunakan feed additive seperti kapur (calcium carbonate) atau soda kue (sodium bicarbonate) yang memiliki sifat alkali :
> kapur, 50 - 100 gram/ekor/hari;
> soda kue 100 - 200 gram/ekor/hari sudah cukup.
Jika pakan Anda cenderung meninggikan pH, jangan ditambah acidifier, cukup tambahkan pakan kaya zat tepung, misalnya tepung singkong/gaplek agar bakteri penghasil propionat ter-stimulus untuk tumbuh.
5. Cara paling mudah untuk kontrol pH rumen, bisa diwakili dengan kontrol pH kotoran sapi (faeces atau tléthong) dan air kencing sapi (urine) menggunakan kertas lakmus dimana keduanya mesti ber-pH alkali, >8.
Sekali lagi, pH rumen sangat menentukan kesehatan dan produktifitas sapi. Kontrol fluktuasi pH rumen yang terjadi, dengan segala cara agar performa produksi sapi anda tetap terjaga optimal.
KETERANFAN
1. Bentuk fisik kotoran sapi seperti piring tengkurap, berwarna sedikit kehijauan;
2. Kotoran sapi yg baru keluar, langsung dites pH-nya pakai kertas lakmus dicolokkan selama 5 - 10 detik;
3. Setelah itu dilihat hasilnya, ada perubahan warna indikator di kertas lakmus;
4. Hasilnya dibanding dengan warna standar yg tertera di wadah kertas lakmus, sepadan dengan angka 8 (alkali);
5. Air kencing sapi yg sedang keluar, diwadahi timba plastik;
6. Warna indikator kertas lakmus sebelum dipakai nge-tes;
7. Kertas lakmus dicelupkan di air kencing selama 10 detik;
8. Terjadi perubahan warna indikator;
9. Indikator warna pH dibandingkan dengan standar di kotak wadah kertas lakmus, setara dengan angka 9 (alkali)
0 komentar: