PEMBUATAN PAKAN BLOK
TUJUAN
· untuk mempelajari proses pembuatan pakan blok
dengan memanfaatkan potensi sumber pakan lokal
PENDAHULUAN
Di antara keuntungan ternak ruminansia adalah karena kemampuannya dalam
memanfaatkan pakan berserat kasar tinggi sebagai sumber energi. Serat kasar
oleh ternak ruminansia dengan bantuan mikroba dalam rumen akan dicerna menjadi
VFA. Selanjutnya VFA tersebut diserap dan dimetabolisme menjadi energi. Pada
ternak ruminansia laktasi, VFA juga merupakan sumber utama bahan penyusun lemak
susu (Bondi, 1987). Hal ini berarti ternak ruminansia mampu mengubah pakan yang
berkualitas rendah menjadi produk yang berkualitas tinggi. Tetapi kemampuan
tersebut sangat tergantung dari perkembangan dan aktifitas mikroba yang
terdapat di dalam rumen. Oleh karena itu untuk meningkatkan pemanfaatan hijauan
berserat kasar tinggi oleh ternak ruminansia, pemberian hijauan harus diimbangi
dengan pakan suplemen yang mendukung perkembangan mikroba dalam rumen.
Untuk
pertumbuhannya mikroba rumen paling tidak membutuhkan senyawa nitrogen, energi
(ATP), mineral dan vitamin (Preston and Leng, 1987). Nitrogen dan energi
tersebut diperoleh dari hasil degradasi senyawa nitrogen dan karbohidrat di
dalam rumen. Senyawa organik yang masuk ke dalam rumen akan segera didegradasi
secara fermentatif oleh mikroba rumen. Menurut Leng (1991), fermentasi senyawa
organik pakan di dalam rumen, khususnya protein pakan dan senyawa karbohidrat
mudah larut, secara ekonomi dan fisiologi adalah merugikan. Senyawa-senyawa
tersebut akan lebih efisien dimanfaatkan oleh ternak jika dicerna dalam usus
halus. Oleh karena itu maka protein pakan dan karbohidrat mudah larut yang
terdapat di dalam pakan diharapkan dapat lolos dari degradasi rumen, sehingga
pakan yang berkualitas tinggi dapat dicerna dan dimanfaatkan oleh ternak secara
lebih efisien (Kronfeld,1976; Leng,
1991).
Untuk memenuhi kebutuhan senyawa
nitrogen dan energi bagi pertumbuhan mikroba dalam rumen sebaiknya dipasok dari
bahan yang lebih murah. Urea adalah salah
satu contoh bahan untuk tujuan tersebut. Oleh mikroba rumen, urea akan
dideaminasi menjadi ammonia dan CO2. Selanjutnya ammonia
dimanfaatkan oleh mikroba rumen untuk perkembangannya atau direasimilasi
menjadi protein mikroba yang berkualitas tinggi. Tetapi satu hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian urea pada ternak ruminansia adalah mengenai jumlah
dan frekuensi pemberiannya. Konsumsi urea yang terlalu banyak dan dalam tempo
yang singkat akan berakibat fatal bagi ternak tersebut. Oleh karena itu urea
sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit dalam frekuensi yang tinggi. Disamping
itu untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan amonia untuk sintesis protein
mikroba maka pemberian urea harus diimbangi dengan pemberian karbohidrat mudah
tercerna. Diharapkan ketersediaan senyawa nitrogen dari urea dan energi serta
kerangka atom karbon dari karbohidrat yang dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk
perkembangannya dapat tersedia dalam waktu bersamaan, sehingga akan
meningkatkan efisiensi perkembangan mikroba dalam rumen yang selanjutnya akan
dapat meningkatkan kecernaan serat kasar dan pasok protein untuk tubuh ternak
(McDonald, et al., 1988).
Pemberian urea dalam bentuk UMB
merupakan salah satu teknik pemberian urea yang tepat karena ternak akan
mengkonsumsi urea dan bahan lain yang terkandung dalam UMB dengan cara
menjilat, sehingga konsumsi tersebut dapat dilakukan sedikit demi sedikit
secara kontinyu dan dalam waktu bersamaan juga dikonsumsi pakan sumber energy
dari molases atau bekatul yang terkandung dalam UMB. Dengan demikian maka
resiko keracunan ammonia dapat ditekan (Preston and Leng,1987; McDonald, et al., 1988).
Penggunaan UMB sebagai pakan
suplemen telah banyak dilakukan di India. Preston and Leng (1987) melaporkan
bahwa ribuan kerbau di India yang diberi UMB dengan kandungan 15% urea
menunjukkan produktifitas yang memuaskan, sedangkan menurut Kunju, Dave and
Leng (unpublished data) yang dikutip
oleh Preston and Leng (1987) pemberian UMB (20% urea) pada kerbau perah yang
diberi pakan dasar jerami plus segenggam hijauan dapat meningkatkan produksi
susu sebanyak 50 sampai 100% kali lipat. Komposisi urea molasses blok menurut
Soetanto, dkk. (1997) sebagaimana pada Tabel 1.
Tabel
1.Komposisi bahan dalam
urea-molases blok menurut Soetanto, dkk. (1997)
Bahan
|
Komposisi
(persen berat)
|
- Urea
|
4
|
- Molases
|
43
|
- Pollard
|
31
|
- Bungkil Kelapa
|
7
|
- Mix-Mineral
|
3
|
- Garam
|
2
|
- Semen
|
10
|
Ketersediaan
pakan untuk ternak ruminansia secara kuantitas dapat diatasi dengan
memanfaatkan limbah pertanian yang umumnya tersedia secara melimpah. Ternak
ruminansia mempunyai diversifikasi yang cukup luas dalam hal memanfaatkan
pakan, termasuk dalam memanfaatkan limbah pertanian yang banyak mengandung
serat kasar sebagai sumber pakannya. Dengan bantuan mikroba yang terdapat dalam
rumennya, ternak ruminansia mampu mencerna serat kasar menjadi volatile fatty acids (VFA) sebagai sumber
energi utama dan murah bagi tubuhnya. Tetapi secara kualitas baik hijauan
maupun limbah pertanian yang tersedia adalah sangat rendah baik dari kandungan
nutrisi, palatabilitas, tingkat konsumsi maupun daya cernanya. Akibatnya
hijauan pakan yang tersedia tersebut kurang dapat dimanfaatkan oleh ternak
untuk memperbaiki kondisi dan produktivitasnya.
Guna mengatasi masalah tersebut
dan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan hijauan pakan ternak maka perlu
adanya pemberian pakan suplemen pada ternak. Dengan pakan suplemen diharapkan
dapat meningkatkan ketersediaan zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak tetapi kurang tersedia dalam hijauan pakan. Disamping
itu pakan suplemen juga diharapkan dapat meningkatkan palatabilitas, konsumsi
dan daya cerna hijauan pakan yang merupakan pakan dasar ternak ruminansia.
“Permen ternak” atau Urea Molases Block (UMB) sebagai pakan
suplemen telah terbukti dapat meningkatkan kualitas pakan dan penampilan ternak
ruminansia (Preston and Leng, 1987). Urea, molases dan mix-mineral yang
terdapat pada UMB akan memasok nitrogen, energi, mix-mineral dan vitamin yang
sangat dibutuhkan untuk perkembangan mikroba di dalam rumen. Seperti diketahui
bahwa kemampuan ternak ruminansia dalam mencerna pakan sangat bergantung pada
jumlah mikroba yang terdapat dalam rumen. Oleh mikroba rumen, pakan berserat
kasar tinggi yang merupakan pakan pokok ternak ruminansia, akan dicerna menjadi
VFA sebagai sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Oleh karena itu
meningkatnya pertumbuhan mikroba dalam rumen akan meningkatkan kecernaan serat
kasar pakan dan akhirnya dapat meningkatkan konsumsi pakan serta pasok energi
bagi ternak ruminansia. Disamping itu pertumbuhan mikroba rumen yang cepat akan
meningkatkan suplai protein berupa protein mikroba bagi ternak induk semang.
Namun sampai saat ini belum
banyak peternak yang menggunakan UMB sebagai pakan suplemen. Salah satu kendala
penggunaan UMB sebagai pakan suplemen adalah terbatasnya ketersediaan molases
yang merupakan bahan utama dalam pembuatan UMB. Seperti diketahui bahwa molases
diproduksi oleh pabrik gula yang keberadaannya hanya di daerah-daerah tertentu,
sehingga di daerah lain yang tidak terdapat pabrik gula misalnya di luar pulau
Jawa akan sulit untuk mendapatkan molases. Sementara itu pembuatan UMB dengan
cara konvensional melalui proses perebusan akan membutuhkan waktu, tenaga dan
biaya yang cukup banyak sehingga kurang praktis dan kurang efisien bagi petani
untuk membuat atau memproduksi UMB. Seperti diketahui bahwa dalam pembuatan
UMB, molases harus direbus dahulu agar lebih pekat selanjutnya bahan yang lain
misalnya mineral, bekatul, grajen kayu, urea dan kapur dicampur pada molases
sambil diaduk sampai rata. Campuran bahan tersebut didinginkan dan dicetak
membentuk blok atau bahan seperti “permen”. Disamping itu selama proses
perebusan kemungkinan juga akan terjadi kerusakan atau penguapan zat-zat
makanan akibat pengaruh panas perebusan. Untuk cara
hangat bahan dipanaskan 3 – 4 menit dengan suhu tidak lebih dari 40 0C,
sedangkan secara panas bahan dipanaskan 20 menit dengan suhu 100-120 0C.
Untuk itu dalam praktikum ini akan
dicoba membuat pakan blok dengan bahan pengganti molasses yaitu tepung tapioka tanpa
harus melalui proses perebusan. Penggunaan tapioka dalam metode ini adalah
sebagai bahan perekat seperti halnya fungsi molases pada pembuatan UMB. Secara
fisik “permen ternak” yang dibuat dari tapioka menunjukkan tekstur yang sama
keras tetapi daya rekatnya tidak sekuat pada “permen ternak” yang terbuat dari
molases. Daya rekat yang tidak terlalu kuat ini memungkinkan ternak lebih mudah
mengkonsumsi dengan cara menjilatinya.
Penggunaan
tapioka sebagai pengganti molases pada UMB
Tapioka merupakan bahan sumber
karbohidrat yang diperoleh dari ketela pohon. Tapioka mengandung bahan organik
dan energi metabolis lebih tinggi dibanding molases. Tapioka banyak digunakan
sebagai pakan sapi, babi atau unggas (McDonald et al., 1988). Menurut Rajcevic dan Dollenc (1991) tepung tapioka
dapat digunakan sebagai konsentrat komersil pada sapi perah tanpa mempengaruhi
produksi, kandungan lemak dan protein susu.
Ditinjau dari degradabilitasnya, tapioka
termasuk sumber karbohidrat yang sangat cepat didegradasi dalam rumen (Santana
and Hovell, 1979; Preston and Leng, 1987). Menurut McDonald et al., (1988) tapioka mempunyai
degradabilitas yang sama dengan molases yaitu sekitar 80 persen, sehingga pada
pembuatan Urea Tapioka Blok, tapioka
tersebut dapat digunakan sebagai bahan sumber energi untuk menggantikan
molases dalam memasok kebutuhan energi bagi perkembangan mikroba dalam rumen.
Disamping itu, campuran antara larutan urea dan tapioka dapat segera membentuk
suatu bahan seperti lem kertas, sehingga dapat digunakan sebagai bahan perekat
dalam pembuatan Urea Tapioka Blok untuk menggantikan fungsi molases dalam
pembuatan UMB.
Penggunaan tapioka sebagai pengganti
molases pada UMB
ALAT DAN BAHAN
Alat – alat:
·
Timbangan
·
Alat pencetak
(dapat dari bambu atau pipa paralon)
·
Kantong plastik
atau wadah pencampur, dan pengaduk
Bahan:
·
Bahan utama:
Molases, tepung tapioka, bungkil kelapa, pollard
·
Bahan tambahan:
urea, garam, mix mineral.
·
Bahan pengeras:
semen
·
Air
CARA KERJA
·
Mempersiapkan
alat-alat yang diperlukan.
·
Menyiapkan dan
menimbang bahan-bahan sesuai jumlah yang diperlukan. Formula seperti pada Tabel
2.
Tabel 2. Komposisi bahan dalam permen
ternak yang dibuat pada masing-masing perlakuan
Bahan
|
Proporsi
(%)
|
Komposisi
pakan perlakuan (g/1000 g campuran)
|
|||
|
|
T
0
|
T
50
|
T
75
|
T
100
|
Molases
|
43
|
430
|
215
|
107,5
|
0
|
Tapioka
|
0
|
215
|
322,5
|
430
|
|
Bungkil kelapa
|
7
|
70
|
70
|
70
|
70
|
Pollard /
dedak/bekatul
|
31
|
310
|
310
|
310
|
310
|
Urea
|
4
|
40
|
40
|
40
|
40
|
Mineral
|
3
|
30
|
30
|
30
|
30
|
Garam
|
2
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Semen
|
10
|
10
|
10
|
10
|
10
|
Air
|
|
0
|
215
|
322,5
|
430
|
TOTAL
|
100
|
1000
|
1000
|
1000
|
1000
|
·
Bahan-bahan yang
berbentuk padat atau kering dicampur dimulai dari yang jumlahnya sedikit
dicampur lebih dulu hingga rata, setelah itu dicampur dengan bahan yang lebih
banyak jumlahnya.
·
Setelah itu ditambahkan bahan yang cair sedikit demi
sedikit sambil diaduk sehingga tidak terjadi gumpalan-gumpalan. Hati-hati dalam
menambahkan air, karena ada kandungan semen dalam bahan.
·
Setelah semua bahan
tercampur rata, selanjutnya campuran dicetak dan dijemur hingga kering.
·
Hasil cetakan dikemas
dengan plastik bening untuk memudahkan pengontrolan kualitas (mutu) pakan blok yang
dihasilkan.
·
Pakan blok siap
disajikan ke ternak.
CARA PEMBERIAN KE TERNAK :
·
Pakan blok diberikan dengan cara
diletakkan di tabung bambu atau di kotak pakan.
·
Pakan suplemen ini diberikan pada pagi
hari, jumlahnya disesuaikan dengan tingkat konsumsi yang dianjurkan pada setiap
jenis ternak.
Untuk
ternak besar (sapi dan kerbau) mencapai 350 gram/ekor/hari; kambing dan domba
sebesar 120 gram/ekor/hari.
Boleh dilirik tak boleh tertarik
0 komentar: